Wednesday, September 14, 2016

Ikhtiar Meraih Ridha Allah

Judul: Ikhtiar Meraih Ridha Allah
Penulis: Abdullah Gymnastiar
Penerbit: Emqies Publishing
Tebal: 258 hlm
Harga: Rp. 60.000
Bintang: 4/5


Kisah Nabi Musa as. yang berguru pada Nabi Khidir as. menjadi salah satu bagian yang berkesan dalam buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah. Peristiwa saat Nabi Musa protes melihat tindakan Nabi Khidir, yang menurutnya tidak lazim, memperlihatkan ketergesaan dan kekurangpahaman Nabi Musa as. Protes semacam inilah yang sering terjadi pada manusia atas ketetapan Allah swt. 

“Kita harus selalu siap dengan yang cocok maupun yang tidak cocok dengan keinginan. Sesungguhnya, dengan kemahasempurnaan ilmu-Nya, Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita, hamba-Nya.” (h. 45)

Segala tindakan atau kejadian yang melanda manusia, semuanya tidak lepas dari kendali Allah. Maka sangat patutlah jika manusia menaruh harap dan takutnya hanya kepada Allah swt, harap atas segala keridhoan dan nikmat-Nya, serta takut karena banyaknya dosa yang telah diperbuat. Harap dan takut inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan jika semua yang dilakukan atas dasar cinta pada Allah swt.
Secara garis besar pembahasan buku ini adalah terkait manajemen qolbu dan tauhid, sesuai dengan tema yang sering diangkat Aa Gym dalam tausiyahnya. Pembahasan dibagi menjadi tiga bab, Perjalanan Menuju Allah, Yang Disukai Allah dan Tidak Disukai Allah. Judul bab yang menurut saya ringkas dan jelas, tanpa kalimat yang mengandung ambigu atau tanda tanya. Pemahaman yang disampaikan melalui kumpulan tulisan pun berkaitan dengan realita masa kini tanpa teori yang rumit. Sederhana menggambarkan situasi yang akrab dengan keseharian.

“Tak perlu sibuk mencari cinta dan perhatian manusia karena yang membolak-balikkan hati adalah Allah. Sibukkan saja untuk mencari cinta-Nya. Sungguh mudah bagi Allah untuk menyimpan cinta di hati hamba-hamba-Nya.” (h. 64)

Pembahasan masalah cinta dan pencarian perhatian dari makhluk di era social media saat ini sangat mudah ditemukan. Sebuah fenomena yang diungkit dalam buku ini, fenomena yang sudah tampak lazim, ketika ‘like’ sering menjadi ‘kebutuhan’ manusia demi sebentuk pengakuan dari manusia lainnya. Realita dimana pandangan  atau perkataan makhluk lebih dianggap daripada nilai ketaatan kepada Allah swt. Padahal, segala penerimaan dan penolakan dari makhluk adalah sepenuhnya kendali Allah swt, karena Dia-lah yang Maha membolak-balikkan hati.

“Apabila dikritik atau dikoreksi, daripada sibuk mencari alasan untuk membela diri, kita lebih baik sibuk untuk jujur akan kekurangan diri dan fokus memperbaikinya,” (h.169)

Begitupun saat terjadi sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan/ penilaian, selalu ada hikmah dibalik segala kejadian, salah satunya terkait penghinaan yang kerap meninggalkan sakit hati bagi penerimanya. Sedikit kutipan tentang penghinaan yang layak untuk disimpan dalam benak, “Ingatlah, Allah masih menutupi sebagian besar kehinaan kita. Ingat pula bahwa rasa sakit dihina ini menggugurkan dosa. Dengan kepahitan tersebut, kita pun bisa mendapat pahala sabar.” (h. 171)
“Aku tidak peduli kelapangan dan kesempitan, karena keduanya baik,” ~ Ali bin Abi Thalib. Dalam kesempitan bisa sabar, dan akan mendapatkan pahala kesabaran. Dalam kelapangan bisa bersyukur, itu juga menjadi kebaikan. Semuanya baik, asalkan manusia bersedia menciptakan sudut pandang positif bahwa Allah tidak akan pernah menyia-siakan hamba-Nya, bahwa apa yang terlihat baik, belum tentu baik, begitupun sebaliknya. Allah Maha Tahu. 

“Lalu, di manakah kunci untuk memiliki hati yang nyaman? Kuncinya akan kita temukan manakala hati tidak bersandar, tidak berharap, tidak bergantung, sekecil apapun selain hanya kepada Allah Ta’ala. Jika demikian, Allah pasti akan mencukupi kebutuhannya dengan sempurna.” (h. 94)

0 comments:

Post a Comment

 

Yuk Baca Buku Islam Template by Ipietoon Cute Blog Design